Monday, 21 December 2015

Catatan Perajurit Tua




Malaysia, bumi pertiwi kita

Di tanah inilah aku korbankan segalanya

Parut ditubuh membuktikan keperitan itu

Pernah aku berlari di hutan tebal

Mencari kebebasan untuk bangsaku

Telah kususuri sungai itu

Cuba mendapatkan secubit rasa kemerdekaan

Waktu itu, tubuh penuh luka dan calar

Kesakitan itu hampir melemahkanku

Namun harus kuteruskan

Biar putih tulang jangan putih mata



Kusoroti kehidupan hari ini

Pedihnya hati.. Hanya Tuhan yang tahu

Hendak ditangisi hanya sia-sia

Tidak terbangun kota kita

Dengan tuding-menuding jari

Tidak tergapai bintang jika hanya dilihat

Mauduk bicaraku ini bukanlah kata dusta

Dengarlah putera puteri Malaysia

Jangan rebah menongkah arus dunia ini

Cakupilah ruang lingkup yang luas

Dengan wawasan dalam diri.



Ketika aku berkhayal memandang cakerawala

Aku cuba menjejakkan kaki di angkasa

Ternyata kutidak berdaya lagi

Hidupku telah dimamah usia

Tiada apa dapat kulakukan dengan kudrat tuaku

Hanya perasaan cinta kepada tanah air

Yang semakin menebal dijiwa

Amanah ini diberikan kepada bangsa pertiwiku

Seluruh harapan tergantung di bahumu.



Kemerdekaan yang kita nikmati hari ini

Adalah hasil perjuangan insan berani

Kini, kita tidak berjuang untuk merdeka

Tetapi kita berjuang mempertahankan kemerdekaan

Jika dahulu dengan keadaan hidup papa kedana

Kemerdekaan bisa digenggam

Tepuk dada, dengan teknologi yang canggih dan hebat

Mampukah kemerdekaan ini bertahan?

Kutinggalkan puisi ini kepada generasi baru

Andai mereka menggunakan akal

Pasti mereka mengerti bicaraku ini.

No comments:

Post a Comment

Note: only a member of this blog may post a comment.